sejarah musik SKA

Sejak tahun 40-an, Jamaika telah mengadopsi dan mengadaptasi berbagai bentuk musik dari Amerika. Pada saat PD II berakhir, banyak band-band di Jamaika yang memainkan musik-musik dansa.Grup seperti Eric Dean Orchestra, dengan trombonisnya, Don Drummond dan master gitarisnya Ernest Ranglin, terpengaruh oleh musisi-musisi jazz Amerika, seperti Count Bassie, ErskineHawkins, Duke Ellington, Glenn Miller & Woody Herman.
Pada tahun 50-an, ketenaran band-band jazz di Amerika digantikan oleh grup-grup yang kecil dan cenderung lebih memainkan irama bop/rhythm & blues sound. Musisi Jamaika yang sering berkunjung ke Amerika terpengaruh dan membawa pola permainan musik tersebut ke daerah asalnya. Band-band lokal di Jamaika, seperti Count Smith The Blues Blaster, Sir Nick The Champ, dan Tom The Great Sebastian mulai memainkan gaya baru tersebut. Pada tahun 1954, pertunjukan terbesar pertama kali diadakan di kota Kingston tepatnya di Ward Theatre. Band-band tradisional yang memainkan irama mento-folk-calypso ikut ambil bagian dan sering sekali band-band tersebut mengisi acara di hotel-hotel yang ada di Jamaikadan seputar pulau tersebut. Pada akhir tahun 50-an, pengaruh-pengaruh jazz, R&B, & mento (sejenis musik calypso) melebur menjadi satu bentuk baru yang dinamakan ’shuffled’. Irama shuffled memeroleh popularitas berkat kerja keras musisi-musisi, seperti Neville Esson, Owen Grey, The Overtakers, dan The Matador Allstars.
Banyak studio & perusahaan rekaman yang mengalami perkembangan dan terus berusaha untuk mencari talenta-talenta baru. The Jamaican Broadcasting Corporation pun ikut membangkitkan semangat kepada musisi-musisi muda melalui siaran acara-acara di radio.

Pada tahun 1962, saat Jamaika sedang gandrung meniru musik-musik Amerika, Cecil Bustamente Campbell yang kemudian dikenal dengan nama ‘Prince Buster’, tahu bahwa sesuatu yang barusangat dibutuhkan pada saat itu. Ia memiliki seorang gitaris yang bernama Jah Jerry yang kemudian bereksperimen dengan menitikberatkan ketukan ‘afterbeat’ ketimbang ‘downbeat’. Hingga pada saat ini, ketukan afterbeat menjadi esensi dari singkop (penukaran irama) khas Jamaika. Ska pun lahir. Soundsystem/studio rekaman pun mulai merekam hasi kerja mereka dengan tidak memberikan label pada vinyl (piringan hitam) dengan tujuan agar memeroleh keuntungan di antara para pesaingnya. Jadi, yang lain tidak dapat melihat apa yang dimainkan dan ‘mencuri’ untuk sondsystem mereka sendiri.
Pada akhirnya, Chrysalis Records membeli 2Tone dari Dammers dengan keputusan

Pada tahun 1985, 2Tone label bubar. Dammers mengalami kebangkrutan terhadap perusahaan Chrysalis. Band-band 2Tone mengalami masa popularitasnya dari tahun1978—1985 walaupun bukan hanya 2Tone yang memainkan musik ska. Di antara band-band lainnya adalah The Tigers, Ska City Rockers, The Akrylykz (dengan Roland Gift pada tenor sax, yang kemudian bergabung bersama mantan anggota The English Beat Cox, dan Steele yang belakangan menjadi penyanyi di Fine Young Cannibals), The Employees, The Piranhas, dan masih banyak lagi …
Hal tersebut menutup gelombang kedua musik ska. Pada gelombang ketiga, dengan berakhirnya 2Tone dan gelombang kedua, musik ska menjadi sempit, namun tidak menjadi musik yang usang. Lalu, muncul The Toasters (pernah merilis single dibawah nama ‘Not Bob Marley’), Bim Skala Bim, The Untouchables & Fishbone yang menjadikan tradisi dalam mencampur beat ska dengan unsur-unsur musik lainnya seperti pop, rock dan beat-beat lainnya.
Keberadaan gelombang ketiga musik ska terdiri dari berbagai bentuk dengan mengombinasikan hampir setiap jenis musik yang kira-kira dapat dikawinkan dengan irama ska. Band-band sepertiJump With Joey, Hepcat, Yebo, NY Ska Jazz Ensemble, dan Stubborn Allstars tetap bermain pada akar ska Jamaika. Operation Ivy, Voodoo Glow Skulls, Mighty Mighty Bosstones, dll.

Menggunakan energi punk untuk menciptakan ska-core. Regatta 69, Fillibuster, Urban Blight, dll. Tetap bertahan pada corak Reggae/Rocksteady beat. Punch The Clown, Undercover S.K.A., dll. Mencirikan pengaruh dari gaya 2Tone. Yang menarik adalah band asal Florida, Pork Pie Tribes menggabungkan beat ska dengan musik tradisional Irlandia. Hal lain yang lebih menarik adalah grup band The Brownies yang mencampurkan ska dengan apa saja!!
Imej Rude Boy/Rude Girl hadir kembali pada gelombang ketiga, namun kali ini tidak sebagai pemberontak, tetapi sebagai suporter yang fanatik dengan musik ska. Di gelombang ketiga ini, juga terdapat hal-hal yang tidak pernah ada pada awal gelombang pertama (beberapa di antaranya ada yang tidak pernah dimengerti), seperti ‘Straight Edge’ dengan logo ‘X’ ditangan, boneheads, OI/SKA, Skinhead Against Racial Prejudiced (SHARP’s) juga konsep-konsep ’sell outs’. Ada beberapa aspek di antaranya yang belum berubah: ska masih menjadi musik kalangan remaja, setiap pertunjukan ska dapat disaksikan oleh segala umur dan tidak terlalu mahal untuk mengakomodasikannya. Di samping itu juga, ska masih membentuk beat yang unik dan harmonis walaupun digabungkan dengan unsur-unsur musik lainnya. Orang-orang pun masih banyak yang menikmatinya.

Dikutip dari Komunitas Skinhead Indonesia - http://www.skinheadindonesia.com/?p=5
ska emang seru buat goyang-goyang :D
BalasHapusjadi inget pas masa2 nya booming ska di indo, tapi setelah itu mereka pada ngilang, :(
hohohoo
BalasHapusmoreSKAmoreFUN
suka ska toh..???
BalasHapusska asik sih..
sapa dulu band ska-nya indonesia ah lupa.
ska is okay once for me, and the song fun "things. continued to be made fun" of ..
BalasHapusReel Big Fish put the Orange County ska-punk movement of the 90's into the limelight. They're still packing venues like the House of Blues with die-hard fans. Live: 'Take On Me'. The Show Must Go Off! - Reel Big Fish
BalasHapus