Jelajah Patirtan Di Kaki Gunung Penanggungan Jatim


Hari Air Sedunia yang jatuh setiap tanggal 22 Maret menginspirasi beberapa komunitas dan pegiat budaya untuk membuat suatu kegiatan yang bertajuk Jelajah Patirtan Penanggungan. Hari itu adalah hari Minggu, seorang rekan mengajak untuk mengikuti kegiatan tersebut. Tanpa pikir panjang, ku iya-in aja ajakannya tersebut. Lumayan cuma bayar 50 ribu saja untuk transport bisa ikut wisata sejarah. Pukul 7 pagi, rombongan Jelajah ini berkumpul di depan Stasiun Kotabaru, bersiap berangkat menuju kaki Gunung Penanggungan dengan mengendarai bus.

Depan Stasiun Kotabaru
Total ada sekitar 100 orang yang ikut dalam kegiatan ini, ada yang bawa mobil pribadi, motor dan ada juga yang langsung ketemu di lokasi. Kegiatan kali ini dipusatkan untuk mengunjungi tempat-tempat bersejarah yang ada hubungannya dengan sumber mata air di daerah Pasuruan dan Mojokerto. Situs pertama yang dikunjungi adalah Candi Jawi ( Jajawi ) yang berlokasi di Desa Candi Wates, Kecamatan Prigen, Pasuruan. Candi yang menjulang tinggi ini merupakan peninggalan agama Hindu di masa Kerajaan Singhasari. Hal unik yang ada di Candi Jawi, yaitu adanya parit atau saluran air yang mengitari area candi. Saran aja kalau berkunjung ke sini, hati-hati terpeleset kecemplung kolam karena jalannya lumayan licin.

Pak Dwi Cahyono seorang arkeolog dari UM menjadi pemandu bagi ratusan orang yang ikut kunjungan kali ini. Relief-relief di kaki Candi Jawi diceritakan semua oleh Pak Dwi. Usai mendengar penjelasan tentang sejarah mengapa Candi Jawi dibuat, acara dilanjutkan dengan pertunjukan seni. Aksi teatrikal semacam pantomim, tarian persembahan sambil membawa daging segar dan pertunjukan gamelan komplit semua ditunjukkan. Menjelang siang hari, rombongan bergerak menuju situs kedua yaitu Prasasti Cunggrang yang terletak di Dusun Sukci, Desa Cunggrang, Gempol, Pasuruan.









Gundam lelah saayy
Tepat pada siang hari, rombongan diajak ke situs ketiga yaitu Sumber Tetek atau Belehan yang lokasinya ada di Dusun Belahan Jowo, Wonosunyo, Gempol, Pasuruan. Lokasinya sangat asri dengan landscape sekitar yang berkelok-kelok. Bus yang saya tumpangi tak kuat menanjak dan harus parkir di desa bawah, alhasil semua rombongan yang naik bus harus jalan kaki sekitar 2 km untuk ke Situs Belehan. 2 patung yang ada di Candi Belehan ini adalah perwujudan dari Dewi Laksmi dan Dewi Sri yang merupakan selir-selir dari Prabu Airlangga.






Sekitar pukul 3 sore, perjalanan berlanjut menuju Dusun Jenong Kulon, Desa Wotanmasjedong, Ngoro, Mojokerto untuk menilik sejarah di Candi Jedong. Suasana sore hari di tempat ini begitu syahdu, rombongan duduk bersila di atas hamparan rumput sembari mendengarkan dengan khusyuk cerita-cerita yang keluar dari mulut pemandu. Situs Jedong ini dulunya adalah sebuah kolam pemandian dimana airnya mengalir melimpah, namun sayang kini hanyalah tinggal cerita.





Tak terasa menjelang magrib rombongan kami semua telah tiba di destinasi situs terakhir yaitu Patirtan Jolotundo yang berlokasi di Desa Seloliman, Trawas, Mojokerto. Perjalanan di sini sedikit terburu-buru karena keterbatasan waktu. Situs Patirtan Jolotundo dibangun dengan menggunakan batu andesit dan konon katanya dibangun sebagai simbol cinta oleh Udhayana seorang Raja dari Bali untuk putri Guna Priya Dharma. Terdapat 2 bilik di sisi kanan dan kiri. Jika ingin masuk ke areal patirtan, pengunjung diwajibkan untuk melepas alas kaki.


Sekian sedikit gambaran kisah perjalananku mengikuti Jelajah Patirtan Penanggungan 2 tahun lalu. Kalau kamu sedang ingin eksplore kaki Gunung Penanggungan mugkin bisa berkunjung, napak tilas ke situs-situs bersejarah yang sudah disebut di atas. Air sumber kehidupan, mari kita jaga sumber-sumber air yang ada di sekitar kita agar tetap mengalir dan bisa dinikmati anak cucu kita. Salam lestari

Komentar

Postingan Populer