Dolan Dadakan ke Bromo dan Ranu Pane
Apa yang harus kamu lakukan ketika seorang teman dari jauh
tiba-tiba mengontak dan kepingin ngajakin kamu buat ke Bromo secara dadakan?
Dan dia pengennya naik motor trail pula? It happen to me. Cuma hitungan jam
akhirnya deal keliling Bromo. Tau dong gimana bingungnya kamu mempersiapkan
semua? Untungnya berbekal infotemen dapat kontak persewaan motor trail yang
ternyata dikelola oleh teman sendiri.
Mumpung si om Ratno lagi ada di Surabaya mampirlah ia ke
kota Malang. Sebenarnya saya envy banget sama dia yang kerjaannya keliling
Indonesia. Pekerjaan membuat dia harus merantau ke Indonesia Timur, wilayah
Maluku dan Papua. Kurang nikmat apa lagi coba? Kerja plus jalan-jalan dibayar
perusahaan pula. Sabtu pagi dia mengabari pengen ke Malang dan mbolang ke Bromo.
Saya-nya yang kelimpungan mencari informasi, gimana ya enaknya? Iya-in aja wes.
Janjian di pos polisi Araya sore dan langsung puter-puter
cari tempat penyewaan motor trail. Akhirnya dapat di Sawojajar Adventure yang
ternyata dikelola teman sendiri. Harga sewa motor trail rata-rata di Malang
berkisar antara Rp 200.000 – Rp 300.000 / hari, tanpa bensin. Setelah sedikit
cangkruk dan diberi wejangan oleh mas Tuwek dan bang Upi tentang kondisi medan
di Bromo, kami langsung cus cari makan. Waktu masih menunjukkan pukul 8 malam,
terlalu cepat untuk berangkat menuju Bromo dan kami memutuskan untuk keliling
kota Malang dulu sambil menunggu waktu hingga tengah malam.
Usai memberi makan cacing-cacing di perut, kami beranjak
menuju Alun Alun Kota Malang. Duduk-duduk menikmati keindahan air mancur yang
berwarna-warni sembari bercerita kesana-kemari. Lepas jam 12 malam kami mulai melakukan perjalanan menuju Tumpang. Suara motor trail meraung-raung memecah kesunyian malam. Kasian juga ini motor harus menanggung beban 2 orang yang beratnya segajah-gajah gini.
Sumpaaaahh hari itu saya saltum, im not wearing my best dress ( ceilah dikiranya mau kencan apa? ) Sweater yg nggak mampu menahan dingin, jeans tipis, sneakers tanpa kaos kaki, nekat aja berangkat. Untungnya dapat pinjaman sleeping bag dari saudara Gandos, mayan lah buat kemulan sambil menanti sunrise di Penanjakan 3. Pengennya sih naik ke Penanjakan 1 tapi waktunya nggak nutut buat mengejar matahari.
Waktu istirahat di warung Jemplang, kami berkenalan dengan seorang Bapak asal Bekasi. Usianya sudah paruh baya, tapi semangatnya buat touring patut diacungi jempol. Saling sharing dan tukar pengalaman hingga akhirnya jadi teman seperjalanan nyasar di Lautan Pasir.
Usai menikmati indahnya matahari terbit, kami berpisah dengan Bapak Bekasi, beliau mau melanjutkan perjalanan sedangkan kami akan turun menyeberangi Lautan Pasir lagi. Mumpung lagi ada di Bromo alangkah baiknya kalau kita melongok ke kawah. Butuh perjuangan menaiki seribu anak tangga hingga sampai ke puncak. Belum sarapan nafas ngoss-ngosan aku hampir semafut, maklum udah jarang olahraga.
Setelah puas mengambil gambar di sekitar kawasan Bromo, kami beranjak menuju desa Ranu Pane. Sampai di Pane, sarapan di warung dan titip sepeda lalu kami berjalan ke Ranu Regulo. Suwepi, suasananya tenang semriwing. Kami larut dalam buaian ketenangan alam di sekitar Ranu Regulo hingga tertidur pulas.
Tak terasa waktu berjalan begitu cepat, jam menunjukkan pukul 1 siang dolan dadakan ini harus segera diakhiri. Mengembalian sepeda trail ke rental dan kembali ke rutinitas masing-masing. See you when i see you om Ratno
nb: why om? karena wajahnya emang kayak om om padalan usianya masih muda hahahaha
Komentar
Posting Komentar
Silahkan tinggalkan jejak